Wednesday 23 January 2013

Kisah Sukses: Dari Marketer hingga Developer Properti


Elang Gumilang, dari Marketer hingga Developer Properti
Elang Gumilang (25), wirausaha muda yang berada di balik pembangunan perumahan amat sederhana bertipe 22/60, mungil tapi fungsional tempat untuk pulang dan bernaung bagi mereka yang bisa terbilang miskin. Mengawali langkah di bisnis properti dengan menjadi tenaga pemasaran sebuah perusahaan properti
di Bogor, sambil mengerjakan proyek pertamanya, rehabilitasi sebuah sekolah dasar dengan nilai kontrak Rp.160 juta. Sebagai tenaga pemasar lepas, Elang tak menerima gaji bulanan, hanya komisi bila berhasil menjual rumah. Namun, Pekerjaan ini memberinya tambahan pengetahuan di bisnis properti.

Kiprah Elang di dunia properti berlanjut. Suatu saat, dia mendapat informasi soal tanah murah di Cinangneng, Bogor. Dari situ, dia tertarik membeli untuk menyulapnya menjadi kompleks perumahan murah. “Saya tergerak karena banyak orang kecil kesulitan membeli rumah,” ungkap Elang.

Target 2000 Rumah
Berayahkan seorang kontraktor, buat Elang bukan hal mustahil mencoba segala jenis usaha. Ditambah sejumlah pertimbangan mendalam, awal 2005-tatkala ia masih menjadi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB) – ia mulai membeli sepetak tanah dan membangun rumah pertamanya. Modal diperoleh dari patungan bersama teman-temannya semasa SMA maupun kuliah. Rumah sederhana berukuran 22 meter persegi dengan luas tanah 60 meter persegi ini langsung pindah tangan ketika selesai dibangun. Terbukti, orang haus akan rumah murah seharga 23-37 juta rupiah itu.

Saat itu, jumlah pekerja Elang baru sekitar tujuh orang untuk mengurusi administrasi hingga pemasaran. Namun lambat laun, bisnisnya ini berakar, menggeliat, dan bertumbuh. Dari satu unit, bertambah menjadi tiga unit. Bertambah terus, sampai sudah sekitar lebih dari 200-an rumah dibangunnya. Target yang direncanakannya tak tanggung-tanggung. Perusahaan Semesta Guna Grup miliknya, ingin membangun 2.000 unit rumah sederhana. Dalam waktu setahun , investasi yang ditanamkan naik berlipat. Nilai jual objek pajak (NJOP) tanah yang tadinya hanya Rp 50 ribu misalnya, melejit hingga lima kali lipat dalam dua semester.

Omzet per tahunnya pasti bikin pengusaha mana pun berdecak kagum – mengingat awal mula sepak terjangnya – karena tak kurang dari Rp 20 miliar per tahun dapat ia bukukan.Belum lagi dari kontrak pre periodik terbarunya menambah Rp 80 miliar hingga Rp 100 miliar ke bisnisnya.

Elang Gumilang, mahasiswa sederhana dari IPB – kampusnya petani- anak H. Enceh dan Hj.Priani, kini mempekerjakan ratusan karyawan pada setiap proyeknya. Sekitar 30 tenaga administrasi dan 100 pekerja di setiap proyek siap membantunya. Elang-lajang kelahiran Bogor , 6 April 1985 telah mengepakkan sayap bisnis sejauh yang ia bisa, dan terbang setinggi yang dapat ia capai.

Otot dan Otak Bisnis
Elang terlahir dari keluarga yang lumayan berada, namun bergaya hidup bersahaja. Pendidikan moral dari orangtuanya tertanam baik.

Ajaran itu terus berurat akar dalam dirinya. Sebagai pelajar sekolah, ia termasuk siswa gemilang. Jiwa wirausaha Elang mulai terasah saat ia duduk di bangku kelas 3 SMU. Ia mempunyai target setelah lulus SMA harus mendapatkan uang Rp 10 juta untuk modal kuliah. Tanpa sepengetahuan orangtua, ia berjualan donat keliling ke sekolah-sekolah dasar di Bogor. Namun, akhirnya orangtuanya tahu juga. Elang disuruh berhenti berjualan karena UAN (Ujian Akhir Nasional) telah menjelang.

Dilarang berjualan donat , pemenang lomba bahasa sunda tahun 2000 se Bogor ini tertantang mencari uang dengan cara lain. Pada 2003, ketika fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB mengadakan lomba Java Economic Competition se Jawa, Elang mengikutinya dan berhasil memenanginya. Begitu pula saat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia menyelenggarakan kompetisi Ekonomi, Elang sukses menjadi juara ketiga. Hadiah uang yang diperolehnya, ia kumpulkan untuk modal kuliah.
Setelah lulus SMU, Elang melanjutkan kuliah di Fakultas Ekonomi IPB tanpa tes. Saat itulah, bermodalkan uang sejuta rupiah, ia kembali berniat untuk memiliki sebuah usaha.

Awalnya, uang itu ia belanjakan sepatu, yang lantas dijual di Asrama Mahasiswa IPB. Hanya perlu waktu sebulan, ia sudah bisa mengantongi uang Rp 3 jutaan. Sayang, setelah berjalan beberapa tahun, supplier yang digunakannya menurunkan kualitas sepatu. Bisnis sepatu pun sirna. Ia melihat, lampu-lampu redup di kampus IPB sebagai peluang bisnis pengadaan lampu. Elang mencoba menerapkan strategi bisnis tanpa modal. Ia mengisahkan hikayat seorang pemuda miskin di Amerika Latin. Setiap hari si pemuda melambaikan tangan pada seorang pengusaha tembakau kaya raya dari Amerika yang sedang bertandang. Pada awalnya, lambaian tangan itu tidak dipedulikan. Namun, karena selalu berulang, pengusaha tembakau itu penasaran dan menanyakan maksud sang pemuda. Jawab si miskin adalah ” Saya punya tembakau berkualitas bagus. Bapak tidak usah membayar dulu, yang penting saya dapat PO dulu dari Bapak”. Setelah mendengar jawaban tersebut, si pengusaha kaya lalu mebuatkan tanda tangan dan stempel kepada pemuda tersebut. Dengan modal itu, sang pemuda mengumpulkan hasil tembakau di kampungnya untuk dijual ke Amerika lewat si pengusaha kaya raya itu. Maka , jadilah pemuda itu orang kaya raya tanpa modal.

Strategi inilah yang ditiru Elang. Bermodal surat dari kampus, ia melobi perusahaan lampu Philips pusat untuk menyetok lampu di kampusnya. “Alhamdulillah proposal saya gol, dan setiap penjualan saya mendapat keuntungan Rp 15 juta,” ucapnya bangga. Namun, karena bisnis lampu ini musiman dan perputaran uangnya lambat, terpikir oleh Elang untuk mencari bisnis yang lain. Setelah melihat celah di bisnis minyak goreng, Elang menekuni jualan minyak goreng ke warung-warung . Tapi karena bisnis minyak ini 80 % menggunakan otot, sehingga mengganggu kuliah, ia memutuskan untuk berhenti berjualan.

Menyimak perjalanannya, Elang mengaku bahwa bisnis demi bisnis yang dilakukannya lebih banyak menggunakan otot dari pada otak. Ia lalu berkonsultasi ke beberapa pengusaha dan dosennya untuk memperoleh wawasan lain. Enlightment lalu ditemukannya. Bisnis tidak harus selalu memakai otot, dan banyak peluang bisnis yang tidak menggunakan otot.

Setelah mendapat berbagai masukan, ia merintis bisnis Lembaga Bahasa Inggris di kampusnya. Karena lembaga kursus itu ditangani secara profesional dengan tenaga pengajar dari lulusan luar negeri, pihak Fakultas Ekonomi mempercayakan lembaganya itu menjadi mitra. Karena dalam bisnis ini ia tidak terlibat langsung, ia manfaatkan waktu luangnya untuk bekerja sebagai marketer perumahan. Disinilah kiprahnya di dunia properti bermula.

Untuk Orang Lain
Sebenarnya , tanpa beralih ke bisnis properti, untuk dirinya sendiri, Elang tidak bisa dibilang kurang mapan. Pemuda antirokok ini sudah mempunyai rumah dan mobil sendiri. Namun dibalik keberhasilannya itu, Elang merasa ada sesuatu yang kurang . “Kenapa kondisi saya begini, padahal saya di IPB hanya tinggal satu setengah tahun lagi. Semuanya saya sudah punya, apalagi yang saya cari di dunia ini ?” ia berdialog dengan nuraninya.
Ilham dari atas diperolehnya. Bisnis propertilah yang ditunjukkan Tuhan kepadanya. Namun,bisnis properti yang ditujukan untuk orang miskin lebih karena hatinya ikut tersentuh.”Banyak orang di Indonesia terutama yang tinggal di kota belum punya rumah, padahal mereka sudah berumur 60 tahun. Biasanya kendala mereka karena DP yang kemahalan, cicilan yang kemahalan, jadi sampai sekarang mereka belum berani untuk memiliki rumah” ungkapnya pada sebuah kesempatan.

Karena modalnya pas-pasan, untuk media promosinya sendiri Elang hanya mengiklankan di koran lokal. Karena harganya yang relatif murah, pada tahap awal pembangunan langsung terjual habis. Meski harganya murah, tapi fasilitas pendukung di dalamnya sangat komplet, seperti klinik 24 jam,angkot 24 jam,rumah ibadah,sekolah,lapangan olahraga, dan juga dekat dengan pasar. Karena rumah itu diperuntukkan bagi kalangan ekonomi bawah, kebanyakan profesi konsumennya adalah buruh pabrik, staff tata usaha (TU) IPB, bahkan ada juga para pemulung.

Sukses yang sudah ditangan tidak membuat Elang lupa diri. Justru, ia semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Salah satu wujud rasa syukur atas nikmatnya itu, dalam setiap proyek ia selalu menyisihkan 10 persen untuk kegiatan amal. ”Uang yang 10 persen itu saya masukkan BMT (Baitul Mal Wa Tanwil/tabungan) pribadi, dan saya alokasikan untuk membantu orang-orang miskin dan orang-orang yang kurang modal,” bebernya. Bagi Elang, materi yang saat ini ia miliki mengandung hak orang miskin yang wajib dibagi. Selain menyisihkan 10 persen dari hasil proyeknya, Elang juga memberikan sedekah mingguan, bulanan, dan bahkan tahunan kepada fakir miskin. Pendirianya;sedekah tidak perlu banyak tapi yang paling penting adalah kontinuitas dari sedekah tersebut.

Masih banyak sebenarnya yang ingin Elang lakukan. Diantaranya, ia bercita-cita ingin mendirikan perusahaan yang dapat mempekerjakan 100 ribu orang. Elang Gumilang, masih akan terus mengepakkan sayapnya.

Orientasi 3G
Menurut pengakuan salah seorang staf di perusahaannya, Elang Gumilang menanamkan tiga orientasi kepada para pegawai, yaitu yang disebut dengan 3G :
GOD, orientasi pada nilai-nilai Ketuhanan;
GOLD, orientasi pada pencapaian target yang diukur dari aspek materi;
GLORY, orientasi pada terwujudnya visi besar perusahaan.
Ketiga aspek ini, tertuang dalam kegiatan rutin setiap pagi, yaitu briefing singkat. Rangkaian briefing ini diawali dengan pembacaan ayat suci alquran oleh salah satu karyawan secara bergantian, kemudian apa saja target-target yang akan dicapai setiap divisi pada hari itu.

Perusahan ini sering mengadakan leadership training setiap 2 pekan 1 kali untuk meningkatkan kapasitas para karyawan.
Selain itu, di kantor ini juga biasa melakukan pengajian rutin setiap hari jumat sore. Jadi, ada ustadz yang biasa mengisi di kantor untuk membahas masalah aqidah, fiqh, dan muamalah. Bahkan ada ujiannya juga, untuk mengecek seberapa banyak pemahaman yang didapat selama pengajian. Ada juga pengajian khusus laki-laki dan khusus perempuan. Setahu saya, materi yang dibahas di sini adalah tahsin alquran (karena saya tidak pernah ikut).

Terakhir, ternyata ada juga laporan ibadah karyawan yang dikerjakan selama 1 pekan. Ibadah yang dicek adalah tilawah alquran, qiyamul lail, shalat dhuha, shaum sunnah, dan olahraga. Untuk olahraga, perusahaan memfasilitasi futsal bareng setiap 2 pekan sekali untuk laki-laki.  Sumber: developerdankontraktor.blogspot.com/

1 comment: